Mengenal Islam (Ma'rifatul Islam)


1.1 Definisi Islam
1.1.1 Islam Menurut Bahasa (Etimologi)

Menurut etimologi, Islam berasal dari kata salima yang artinya selamat. Kemudian dari kata tersebut dibentuk menjadi kata aslama yang artinya meyelamatkan. Dan berarti juga tunduk, patuh dan taat.. kata aslama itulah menjadi kata Islam yang mengandung semua arti yang terkandung dalam kata dasarnya. Oleh sebab itu orang yang melakukakan aslama (masuk Islam) dinamakan Muslim. Berarti orang itu telah menyatakan diri untuk taat, menyerahkan diri dan patuh kepada Allah SWT.
Di dalam ayat al-Qur’an, ada beberapa kata yang secara umum makna dari kata-kata tersebut terkandung dalam lafazh Islam, diantaranya :

- Islamul wajhi, secara lafazh artinya menundukan wajah
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ للهِ وَهُوَ مُحْسِنُُ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلاً.
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.” (QS. An-Nisaa` (4) :125)

- Istislam, secara lafazh artinya berserah diri
أَفَغَيْرَ دِينِ اللهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ.
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan.” (QS. Ali Imran (3) :83)


- Salim atau salamah, secara lafazh berarti bersih
إِلاَّ مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ.
“Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”(QS. Asy-Syu’ara (26) :89)

- Salaam, secara lafazh artinya selamat sejahtera.
وَإِذَا جَآءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِئَايَاتِنَا فَقُلْ سَلاَمٌ عَلَيْكُمْ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ أَنَّهُ مَنْ عَمِلَ مِنكُمْ سُوءًا بِجَهَالَةٍ ثُمَّ تَابَ مِن بَعْدِهِ وَأَصْلَحَ فَأِنَّهُ غَفُورُُ رَّحِيمُُ.
“Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah:"Salaamun-alaikum. Rabbmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-An’am (6) :54)

- Salmu, secara lafazh berarti damai.
فَلاَتَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنتُمُ اْلأُعْلَوْنَ وَاللهُ مَعَكُمْ وَلَن يَّتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ.
“Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah-(pun) beserta kamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi (pahala) amal-amalmu. (QS. Muhammad.” (47) :35)


1.1.2 Islam Menurut Terminology (Istilah)
Secara termonologi, Islam adalah :
اَلاِْنْقِيَادُ وَاْلاِمْتِثَالُ لِمَا جَاءَ بِهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ كُلِّ مَا عُلِمَ وَاشْتُهِرَ أَنَّهُ مِنَ الدِّيْنِ.
Tunduk dan patuh untuk melaksanakan segala sesuatu yang dibawa oleh Nabi SAW yang diketahui dan terkenal bahwasannya itu merupakan syari’at Islam.

Dengan definisi tersebut, Islam menjadi penterjemah untuk keimanan yang ada dalam lubuk hati. Maka iman adalah keyakinan yang tertanam dalam hati, sedangkan Islam adalah pembuktian dengan melibatkan anggota badan untuk keimanan yang tertanam kuat di dalam hati. Pemahaman ini diperkuat oleh hadits Nabi SAW, ketika beliau ditanya oleh Jibril tentang iman, maka beliau menjawab : ia adalah, hendaknya Engkau meyakini adanya Allah, Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan meyakini qadla serta qadar-Nya.

Dan ketika Rasulullah SAW ditanya tentang Islam, beliau menjawab, Islam adalah, hendaknya kamu bersyahadat, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan shaum di bulan Ramadhan, dan melakukan haji apabila kamu mampu. Kemudian ketika menyebutkan rukun Islam, beliau bersabda,”Islam itu dibangun di atas lima pondasi, dua kalimah syahadat, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan shaum di bulan Ramadhan.” Dari hadits itu, terlihat jelas bahwa, Islam merupakan aplikasi daripada keimanan yang kokoh yang tertanam di dalam hati.

1.2 Kesempurnaan Islam
Islam adalah kesejahteraan dan kebahagiaan hidup dan kehidupan manusia, baik di dunia maupun akhirat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Islam mengajarkan segi-segi yang berkaitan dengan urusan duniawi dan segi-segi yang berhubungan dengan urusan ukhrawi. Maka dengan demikian, Islam adalah ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan tuhannya, meliputi keyakinan dan penghambaan. Islam mengajarkan tentang system keimanan dan peribadahan. Yang pertama disebut dengan rukun-rukun iman dan yang ke dua disebut dengan rukun-rukun Islam.

Islam merupakan satu-satunya ajaran yang mengatur manusia dengan sesamanya dan hubungannya dengan alam sekitarnya di mana dia hidup. Oleh karena itu, Islam mengajarkan tentang tata nilai kehidupan manusia secara komprehensif, baik sosial, ekonomi, politik, seni, kebudayaan, pernikahan, pembagian harta waris, jihad dan lain sebagainya. Hal tersebut menunjukkan, bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan komprehensif (syamil wa mutakamil).

Allah SWT berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينُُ.
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah (2) :208)

Secara umum, kesempurnaan Islam bisa dari tiga aspek:
Pertama,Kesempurnaan dalam Waktu (syumuliyyatuz zaman)
Islam adalah risalah atau ajaran yang satu yang cocok dan sesuai sepanjang sejarah kehidupan manusia sampai hari kiamat. Islam juga merupakan agama yang menyempurnakan sekaligus meralat ajaran yang telah dibawa oleh para nabi dan rasul Allah SWT sebelum Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, maka Islam adalah agama dari seluruh nabi dan rasul yang diutus Allah SWT, pada bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok manusia, termasuk Nabi Muhammad SAW dan umatnya.

Di antara ayat al-Qur`an yang menunjukkan bahwa Islam adalah agama bagi nabi sebelum Nabi Muhammad SAW adalah firman Allah SWT,
وَجَاهِدُوا فِي اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَاجَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِن قَبْلُ..
”Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu ..”
(QS. Al-Hajj (22) :78)
Adapun Nabi Muhammad SAW, beliau merupakan nabi terakhir, oleh karenanya tidak akan ada lagi setelah beliau dan secara otomatis tidak akan ada lagi ajaran selain ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Islam adalah agama yang sempurna yang akan senantiasa sejalan kehidupan manusia sepanjang zaman.

مَّاكَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا.
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Ahzab (33) : 40)
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ ِّلإِثْمٍ فَإِنَّ اللهَ غَفُورُُ رَّحِيمُُ.
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Maidah (5) : 3)

Kedua, Kesempurnaan Sistem (syumuliyyatul manhaj)
Islam adalah agama yang memiliki system ajaran yang sempurna, di mana ia dibangun berdasarkan asas akidah yang kokoh yang tercermin dalam rukun-rukun iman. Kemudian di atas keimanan yang kokoh tersebut dibangunlah keislaman seorang hamba yang tercermin dalam rukun-rukun Islam (ibadah dan mu’amalah) dan budi pekerti (akhlak). Selanjutnya diperkuat atau didukung dengan system ajaran jihad atau amar ma’ruf nahi munkar demi terpeliharanya keimanan yang murni dan ibadah serta akhlak mulia.

Diantara ayat-ayat yang menunjukkan kesempurnaan system Islam adalah sebagai berikut,
-Dalam masalah akidah
Allah SWT berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا آَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا.
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (QS. 4:136)

- Dalam masalah ibadah, contohnya shalat dan zakat
Allah SWT berfirman :
وَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَءَاتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ.
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku'. (QS. Al-Baqarah (2) :43)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.(QS. Al-Baqarah (2) :183)

- Dalam masalah mu’amalah, contohnya larangan transaksi ribawi
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُّضَاعَفَةً وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. Ali Imran (3) :130)

- Dalam masalah akhlak, contoh larangan memalingkan wajah dan sombong.
وَلاَتُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَتَمْشِ فِي اْلأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللهَ لاَيُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ . وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِن صَوْتِكَ إِنَّ أَنكَرَ اْلأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ.
Dan janganlah memalingkan muka dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (QS. Luqman (31) : 18-19)

- Dalam masalah jihad.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنجِيكُم مِّنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ . تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرُُ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ.
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuiny. (QS. Ash-Shaf (61) : 10-11)

Ketiga : Sempurna dalam tempat (syumuliatul makan)
Allah swt sebagai satu-satunya dzat yang menciptakan alam ini dan segala yang ada didalamnya termasuk manusia, Dia telah menurunkan syariat Islam untuk seluruh alam tanpa dibatasi dengan waktu begitu juga ruang atau tempat. Yang demikian itu dikarenakan Islam bersumber dari Dzat yang satu, yaitu Allah SWT, Dialah Dzat Yang menguasai semesta alam, dan mengetahui akan kemaslahatan hamba-hamba-Nya disetiap waktu dan juga tempat, oleh karenanya, syari’at Islam diturunkan untuk kehidupan manusia dimanapun ia berada tanpa dibatasi sedikitpun dengan ruang atau tempat. Islam bukan hanya untuk kewasan Arab, namun ia diperuntukkan untuk semua manusia, baik Arab maupun non Arab.

Allah SWT berfirman,
وَإِلاَهُكُمْ إِلَهُُ وَاحِدُُ لآَّإِلَهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحَمَنُ الرَّحِيمُ. إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ النَّاسَ وَمَآأَنزَلَ اللهُ مِنَ السَّمَآءِ مِن مَّآءٍ فَأَحْيَا بِهِ اْلأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ لأَيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ.
Dan Ilah kamu adalah Ilah Yang Maha Esa; Tidak ada Ilah melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS. Al-Baqarah (2) :163-164)

1.3 Islam adalah Pedoman Hidup
Allah SWT sebagai Dzat Yang telah menciptakan alam semesta dan segala isinya termasuk manusia di dalamnya, tentunya Dia Maha Mengetahui akan kemaslahatan hamba-hamba-Nya. Oleh karenanya, Allah SWT tidak membiarkan kehidupan ini tanpa aturan, pijakan dan pedoman. Dalam rangka memberikan kemaslahatan yang sempurna, Allah Azza Wa Jalla menurunkan syari’at Islam melalui Rasul-Nya yang berlandaskan kepada Al-Qur’an dan Sunnah Nabawiyyah. Oleh karenanya, bagi hamba Allah yang menginginkan kemaslahatan yang sesungguhnya, ia harus menjadikan Al-Islam sebagai landasan dasar dalam mengunakan akal untuk berpikir, hati untuk menentukan arah dan tujuan hidup, serta menggunakan anggota badannya untuk membuktikan kebenarannya dalam berpikir dan menenetukan pilihan, sehingga Islam akan selalu mewarnai relung-relung kehidupannya.
Ketika seorang hamba telah menjadikan Islam sebagai pedoman hidupnya, niscaya ia tidak akan lagi berpikir individual; karena Islam selalu mengajarkan kepada pemeluknya untuk berpikir demi kemaslahatan umat. Begitu juga halnya dengan keputusan yang diambilnya, tindakan yang dilakukannya akan selalu diukur terlebih dahulu dengan nilai-nilai Islam, sehingga kemuliaan pun akan selalu menyertainya.

Terkait dengan keharusan berpedoman kepada Al-Islam, Umar r.a telah berkata,”Kita adalah kaum yang dimuliakan Allah karena (selalu) berpegang teguh dengan Islam, maka kita tidak akan pernah mendapatkan kemuliaan (kemaslahatan) tanpa berpegang teguh kepadanya.”

Cukuplah kesempurnaan Islam sebagai alasan yang utama untuk tidak menjadikan ajaran atau system yang lain sebagai pedoman dalam kehidupan manusia; karena Islam yang sudah sempurna dan mencakup segala sector kehidupan dan dijamin oleh Allah SWT sebagai pembuat syari’at tersebut, bahwa ia akan sanggup menyelesaikan semua problematika kehidupan manusia, manakala syari’at Islam itu ditinggalkan, maka kehancuranlah yang akan menimpa.

Adalah satu ketetapan yang tidak bisa ditawar lagi, bahwa Islam adalah satu-satunya konsep kehidupan yang diridlai Allah Azza Wa Jalla yang sanggup menjamin kemaslahatan hidup manusia, baik secara pribadi maupun kelompok, di dunia maupun akhirat. Hal tersebut, bisa dilihat dari makna-makna yang tersirat dalam ayat-ayat di bawah ini.

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللهِ اْلإِسْلاَمُ وَمَااخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلاَّ مِن بَعْدِ مَاجَآءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَن يَكْفُرْ بِئَايَاتِ اللهِ فَإِنَّ اللهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ.
Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (QS. Ali Imran (3) :19)
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ اْلأِسْلاَمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي اْلأَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ.
Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali Imran (3) :85)

1.4 Islam adalah Solusi
Sejalan dengan pase-pase kehidupan yang terus dilalui sering kali umat ini menghadapi berbagai macam permasalahan, di mana permasalan tersebut terkadang mengakibatkan perselisihan dalam hal menentukan pilihan solusinya. Islam tampil sebagai system kehidupan yang sempurna telah memberikan konsep-konsep yang apabila dilaksanakan dengan baik tentunya akan memberikan solusi yang mashlahat untuk umat ini, karena Allah sendiri yang telah menjaminnya.

Oleh karena itu Allah Dzat Yang Maha Tahu akan kemaslahatan dan solusi untuk setiap permasalahan, selalu menyeru hamba-Nya untuk mengembalikan segala permasalahan yang terkadang diperselisihkan itu, kepada Islam agar mendapatkan solusi yang tidak merugikan.

Konsep-konsep dasar kehidupan yang telah Allah tetapkan dalam Islam, tentunya akan menjadi solusi alternatif untuk menyelesaikan segala permasalahan umat, oleh karenanya, sudah seharusnya bagi umat Islam untuk berpegang teguh pada ketetapan tersebut dan tidak mencoba untuk mencari-cari solusi selain solusi Islam. Hal tersebut diingatkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِى اْلأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ ذَلِكَ خَيْرُُ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً.
Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul(-Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisaa` (4) : 59)

Dari ayat di atas, kita selalu dituntut untuk menjadikan Islam sebagai rujukan dalam setiap permasalahan yang dihadapi, dan menjadikannya satu-satunya solusi; karena Islam sebagai system hidup yang sempurna tentunya telah memiliki konsep-konsep yang telah dijamin kemaslahatannya oleh Allah SWT sebagai Dzat yang membutnya.

Sebagai contoh, kita dapat melihat sejarah pemerintahan Umar bin Abdul Aziz yang terkenal sebagai pemerintahan yang selalu menjadikan Islam sebagai satu-satunya pedoman dalam menjalankan pemerintahannya. Dan terbukti, selama pemerintahannya diakui sejarah sebagai pemerintahan paling berhasil setelah Khulafaurrasyidun.
Contoh lain, untuk masalah kemiskinan Islam memiliki solusi dengan konsep zakat, infak dan shadaqah. Untuk masalah kriminalitas, Islam memiliki solusi dengan konsep hudud (hukuman yang telah Allah tetapkan kadar dan jenisnya) dan qishash. Untuk masalah pembagian harta pusaka yang sering memicu konflik keluarga, Islam memiliki solusi dengan konsep ilmu mawaris (faraa`id) yang secara rinci diatur dalam al-Qur`an. Untuk penyakit masyarakat (pergaulan bebas), Islam memberikan solusi dengan konsep nikah. Untuk masalah ekonomi yang sering kali mengakibatkan kerugian bagi sebagian pihak dan menguntungkan bagi pihak yang lainnya, Islam memberikan solusi dengan konsep etika berbisnis dalam Islam. Dan masih banyak solusi lainnya yang harus selalu dijadikan acuan dalam menyelesaikan segala permasalah umat.

1.5 Karakteristik Islam
Yang dimaksud dengan karaktersitik Islam adalah hal-hal yang bersifat khusus yang membedakan syari’at dengan yang lainnya.

1.5.1 Bersumber dari Allah SWT (Rabbaniyyah)
Oleh karena syari’at Islam bersumber dari Allah SWT sebagai pencipta alam semesta, maka sudah barang tentu syari’at Islam terhindar dari kelemahan dan unsur-unsur kepentingan yang sempit. Hal ini dikarenakan hukum Allah itu berbeda dengan hukum pisitif yang dibuat oleh manusia yang tidak akan terlepas dari kelemahan dan unsur-unsur kepentingan yang sempit.

Manusia, siapapun orang pasti akan menyimpan sifat kemanusiaannya, seperti berpihak pada kepentingan individu atau kelompok, juga menyimpan kelemahan dan keterbatasan ilmu pengetahuan. Umpamanya, ia memiliki keahlian dalam bidang hukum, akan tetapi lemah dalam bidang dalam bidang-bidang yang lainnya, seperti politik, sosial dan lain sebagainya.

Hukum produk manusia pasti tidak akan luput daripada unsur kepentingan sempit dan sesaat. Peraturan yang dibuat oleh pihak pemerintah biasanya berpihak kepada kepentingan perentah dan tidak jarang menyengsarakan rakyat banyak. Hal itu dikarenakan manusia tidak terlepas dari kepentingannya.

Satu-satunya hukum yang bersih dari kekurangan, kecurangan dan ketidak adilan hanyalah hukum Allah SWT, karena Allah Maha Suci dari sifat-sifat tersebut. Satu-satunya hukum yang tidak memihak kepada kepentingan sepihak dan sesaat hanyalah hukum yang dibuat Allah SWT; karena Dia tidak berkepentingan kepada manusia, namun sebaliknya, manusia lah yang berkepentingan kepada Allah SWT.

1.5.2 Syari’at Islam Bersifat Seimbang (Tawazuniyyah)
Keseimbangan dalam syari’at Islam maknanya adalah tidak menampilkan sikap berlebihan dalam segala aspek kehidupan, melainkan selalu berupaya untuk bersikap proporsional sejalan dengan ketetapan yang telah digariskan dalam Islam.

Islam tidak hanya memerintahkan kepada umatnya untuk berkonsentrasi dalam kehidupan ukhrawi, akan tetapi ia menganjurkan juga untuk tidak melupakan kehidupan duniawi. Islam juga tidak hanya menyuruh untuk memperhatikan kepentingan pribadi, namun menyuruh pula untuk memperhatikan keluarga, masyarakat dan umat.

Karakteristik keseimbangan ini, bisa terlihat dalam sebuah hadits Nabi SAW, ketika datang kepada beliau tiga orang laki-laki dan bertanya tentang ibadahnya. Ketika mereka mengetahui ibadahnya Rasulullah SAW, maka mereka merasa bahwa ibadah mereka masih sangat sedikit, sehingga salah seorang dari mereka berkata,”Aku akan selalu shalat dan tidak akan tidur.” kemudian yang kedua berkata,”Aku akan selalu shaum dan tidak akan pernah berbuka.” dan yang ketiga mengatakan,”Aku akan menjauhi wanita dan tidak pernah menikah selamanya.”

Mendengar hal itu, Rasulullah SAW bersabda,
أَنْتُمْ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي.
Kalian mengatakan, begini dan begini, ketauhilah! Demi Allah! Bahwa Aku adalah orang yang paling takut dan paling bertakwa kepada Allah di antara kalian, akan tetapi aku melaksanakan shaum dan berbuka, aku mendirikan shalat dan aku juga tidur, dan aku menikahi para wanita. Maka barangsiapa yang tidak menyenangi sunnahku, ia tidak termasuk ke dalam golonganku.”(HR. Bukhari dan Tirmidzi, hadits dari Anas bin Malik )
Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda,”Sesungguhnya untuk dirimu ada hak atasmu, dan tuhanmu mempunyai hak darimu, juga keluargamu mempunyai hak darimu, maka tunaikanlah hak-hak itu sesuai dengan haknya masing

1.5.3 Berlaku untuk Umum atau Mendunia (’alamiyyah)
Syari’at Islam berlaku untuk semua orang di semua tempat. Ia bukan hanya diperuntukkan untuk umat Islam saja, atau untuk wilayah Arab saja. Setiap orang yang hidup di wilayah negeri Islam manapun, ia harus tunduk terhadap hukum Allah, sebagaimana tercantum dalam firman-Nya,
وَمَآأَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَآفَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَيَعْلَمُونَ.
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (QS. Saba` (34) : 28)

Konsekuensinya, bahwa hukum Islam berikut kaidahnya harus mampu mewujudkan kemaslahatan bagi seluruh umat manusia, dan menghantarkannya ke derajat yang lebih tinggi; karena tidak mungkin suatu system hukum yang diberlakukan untuk umum, tetapi kemaslahatannya hanya dirasakan oleh sekelompok umat manusia saja.

Sumber-sumber hukum Islam dibagi kepada dua bagian, yaitu : sumber yang bersifat permanent, seperti Al-Qur’an dan as-Sunnah yang merupakan sumber utama syari’at Islam. berikutnya, sumber yang bersifat fleksibel seperti ijtihad yang merupakan dasar bagi ijma’, qiyas, istihsan dan mashalih mursalah. Sumber yang fleksibel inilah yang membuat syari’at Islam dapat bertahan di mana dan kapan saja.

1.5.4 Bersifat Universal (Syumuliyyah)
Islam merupakan peraturan yang menyeluruh atau komprehensif, tidak terbatas hanya pada pembinaan akhlak saja, namun ia mencakup berbagai aspek kehidupan dan mengatur segala urusan manusia, baik yang bersifat individu, keluarga, masyarakat dan negara.
Islam telah mengatur semua aspek kehidupan seseorang, tidak ada yang terlupakan padanya. Islam telah mengatur hubungan antara manusia dengan penciptanya (hamblum minallahi), hubungan manusia dengan sesama manusia lainnya (hablum minannasi), hingga hubungan manusia dengan makhluk lainnya, hewan dan tumbuh-tumbuhan.Tidak ada suatu persoalan pun yang luput dari aturan (syari’at) Islam, setiap persoalan yang muncul dalam kehidupan manusia pasti ada jawabannya dalam syari’at Islam.
Secara garis besar, syari’at Islam dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian : Pertama, berkenaan dengan hukum ’akidah. Termasuk di dalamnya masalah-masalah yang berkenaan dengan prinsip bertauhid atau akidah Islam.

Kedua, berkenaan dengan akhlak (moral), seperti menghormati orang tua, menepati janji, berkata yang baik, tidak berdusta, tidak sombong dan lain sebagainya. Dan ketiga, berkenaan dengan masalah ’amaliyyah. Aspek ketiga ini terkait dengan dua masalah utama, yaitu : aspek ibadah, yaitu aturan yang mengatur interaksi antara manusia sebagai makhluk dengan penciptanya, aturan yang mengatur tentang tata cara menusia melaksanakan pengabdiannya kepada Allah SWT. Selanjutnya, aspek muamalah, yaitu aturan yang mengatur interaksi antara sesama manusia. Aspek ini merupakan bagian yang paling luas diatur dalam Islam; mengingat aktifitas manusia yang sangat dominan dalam hidupnya adalah interaksinya dengan sesama manusia. Dan aspek tersebut menyangkut hukum kekeluargaan, perdagangan, hukum tata negara dan lain sebagainya. Wallahu A’lam bish shawwab.

1.6 Kisah Teladan Seputar Ma’rifatul Islam
Pada suatu ketika, seorang yang berkebangsaan Ingris yang bernama Brawn, ia melakukan kunjungan ke negeri India, dan kunjungan tersebut merupakan yang pertama kali ia lakukan. Ketika ia berjalan-jalan sambil memperhatikan keadaan sebagian perkampungan di India, tiba-tiba ia merasa kehausan dan dilihatnya seorang petani India tengah membawa air minum, kemudian ia meminta air minum kepadanya.

Namun ketika petani tersebut melihat, bahwa yang meminta air padanya itu seorang berkebangsaan Ingris, ia tidak memiliki keinginan sedikitpun air minum kepadanya, sehingga Brawn melanjutkan perjalanannya sambil menahan rasa haus. Setelah beberapa langkah, si petani India itu membuang air minum dan gelasnya, lalu menginjak-injaknya. Melihat pemandangan seperti itu Brawn merasa terkejut dan bertanya-tanya dalam dirinya, namun ia tidak berkomentar sedikitpun, dan terus melanjutkan perjalanannya.

Pada hari berikutnya, ia kembali melakukan perjalanan di perkampungan yang berbeda, tiba-tiba ia kembali merasa kehausan dan didapatkannya pula seorang petani yang secara kebetulan tengah membawa air minum seperti petani yang pertama kali dijumpainya. Kemudian ia meminta minum kepadanya dan petani ini segera memberinya air minum.

Setelah Brawn minum air tersebut, ia pergi dari petani itu dengan tetap mengawasinya untuk mengetahui, apakah petani tersebut membuang gelas bekas ia minum seperti petani yang pertama ataukah tidak?

Ternyata Brawn mendapatkan pemandangan yang berbeda, petani tersebut tidak membuang gelas bekas ia minum, melainkan ia menyimpankannya kembali ke tempat semula dan tidak menghancurkannya, lalu Brawn bertanya kepada penduduk setempat terkait dengan dua pemandangan yang berbeda itu.

Dikatakan kepada Brawn, bahwa petani yang pertama adalah seorang penyembah berhala, yang mana ia tidak rela selain dari pemeluk agamanya minum air dari gelas yang dibawanya. Adapun petani yang ke dua, ia adalah seorang Muslim.
Kemudian Brawn (setelah masuk Islam ia menamakan dirinya dengan Abdullah) berkata dalam dirinya,”Aku merasa bahwa diriku harus lebih jauh mengenal Islam, maka aku membaca terjemah Al-Qur`an, kemudian membaca kisah perjelanan hidup Rasulullah SAW, lalu setelah itu aku masuk Islam.”

Dari kisah ini, kita dapat mengambil ibrah (pelajaran), bahwa yang menyebabkan Brawn masuk Islam adalah akhlak yang mulia dari petani Muslim India tersebut. Maka apabila setiap Muslim berakhlak Islami, niscaya hal itu akan menjadi media dakwah dakwah yang paling kuat. Sehingga sangat wajar jika muncul ungkapan yang menyatakan,”Seorang Muslim akan menjadi bukti nyata dari kebenaran ajaran Islam dengan memilih akhlak yang mulia, dan ia akan menjadi penghujat bagi Islam manakala memilih akhlah yang tercela; karena sesungguhnya orang yang selain Muslim akan lebih banyak membaca Islam dari kepribadian (syakhsiyyah) Muslim yang nyata, dan tidak akan membaca lebih banyak dari buku-buku Islam yang ditulis oleh orang-orang Muslim itus sendiri.
Nampak jelas bagi kita, bahwa ketika kita hendak menjadi seorang Muslim yang bak, dan mengajak orang lain untuk mengikuti langkah kita, maka ajaran Islam harus menjadi penghias keseharian kita; karena tanpa itu semua keislaman kita hanya tinggal nama saja.

Dialog Fatihah


Dari Abu Hurairah ra, dia berkata, aku mendengar Rasulullah Saw, bersabda: Allah Ta'ala berfirman: " Aku membagi shalat antara Aku dan hambaKu menjadi dua bagian, dan bagi hambaku apa yang ia minta, Dalam satu riwayat: Separuhnya untukKu dan separuhnya lagi untuk hambaKu. Jika seorang hamba mengucapkan:

ALHAMDU LILLAAHI RABBIL 'AALAMIIN
Maka Allah menjawab: HambaKu telah memujiKu.

Jika ia mengucapkan
ARRAHMAANIR RAHIIM
Maka Allah menjawab : Hambaku memujiKu

Jika mengucapkan
MAALIKI YAUMIDDIIN
Maka Allah menjawab : HambaKu mengagungkan Aku

Jika ia mengucapkan
IYYAKA NA'BUDU WA IYYAAKA NASHTA'IINU
Maka Allah menjawab : Inilah antara Aku dan hambaKu dan bagi hambaKu apa yang telah ia minta.

Jika ia mengucapkan
IHDINASH SHIRAATHAL MUSTAQIIM, SHIRAATHAL LADZIINA AN'AMTA 'ALAIHIM GHAIRIL MAGHDHUUBI 'ALAIHIM WALADH DHAALLIIN
Maka Allah menjawab : Ini bagi hambaKu dan bagi hambaKu yang meminta."

Di Depan Gerbang Kematian

 Kematian, salah satu rahasia ilmu ghaib yang hanya diketahui oleh Allah ta’ala. Allah telah menetapkan setiap jiwa pasti akan merasakannya. Kematian tidak pandang bulu. Apabila sudah tiba saatnya, malaikat pencabut nyawa akan segera menunaikan tugasnya. Dia tidak mau menerima pengunduran jadwal, barang sedetik sekalipun. Karena bukanlah sifat malaikat seperti manusia, yang zalim dan jahil.
Manusia tenggelam dalam seribu satu kesenangan dunia, sementara ia lalai mempersiapkan diri menyambut akhiratnya. Berbeda dengan para malaikat yang senantiasa patuh dan mengerjakan perintah Tuhannya. Duhai, tidakkah manusia sadar. Seandainya dia tahu apa isi neraka saat ini juga pasti dia akan menangis, menangis dan menangis. SubhanAllah, adakah orang yang tidak merasa takut dari neraka. Sebuah tempat penuh siksa. Sebuah negeri kengerian dan jeritan manusia-manusia durhaka. Neraka ada di hadapan kita, dengan apakah kita akan membentengi diri darinya ? Apakah dengan menumpuk kesalahan dan dosa, hari demi hari, malam demi malam, sehingga membuat hati semakin menjadi hitam legam ? Apakah kita tidak ingat ketika itu kita berbuat dosa, lalu sesudahnya kita melakukannya, kemudian sesudahnya kita melakukannya ? Sampai kapan engkau jera ?
Sebab-sebab su’ul khatimah
Saudaraku seiman mudah -mudahan Allah memberikan taufik kepada Anda- ketahuilah bahwa su’ul khatimah tidak akan terjadi pada diri orang yang shalih secara lahir dan batin di hadapan Allah. Terhadap orang-orang yang jujur dalam ucapan dan perbuatannya, tidak pernah terdengar cerita bahwa mereka su’ul khotimah. Su’ul khotimah hanya terjadi pada orang yang rusak batinnya, rusak keyakinannya, serta rusak amalan lahiriahnya; yakni terhadap orang-orang yang nekat melakukan dosa-dosa besar dan berani melakukan perbuatan-perbuatan maksiat. Kemungkinan semua dosa itu demikian mendominasi dirinya sehingga ia meninggal saat melakukannya, sebelum sempat bertaubat dengan sungguh-sungguh.
Perlu diketahui bahwa su’ul khotimah memiliki berbagai sebab yang banyak jumlahnya. Di antaranya yang terpokok adalah sebagai berikut :
  • Berbuat syirik kepada Allah ‘azza wa jalla. Pada hakikatnya syirik adalah ketergantungan hati kepada selain Allah dalam bentuk rasa cinta, rasa takut, pengharapan, do’a, tawakal, inabah (taubat) dan lain-lain.
  • Berbuat bid’ah dalam melaksanakan agama. Bid’ah adalah menciptakan hal baru yang tidak ada tuntunannya dari Allah dan Rasul-Nya. Penganut bid’ah tidak akan mendapat taufik untuk memperoleh husnul khatimah, terutama penganut bid’ah yang sudah mendapatkan peringatan dan nasehat atas kebid’ahannya. Semoga Allah memelihara diri kita dari kehinaan itu.
  • Terus menerus berbuat maksiat dengan menganggap remeh dan sepele perbuatan-perbuatan maksiat tersebut, terutama dosa-dosa besar. Pelakunya akan mendapatkan kehinaan di saat mati, disamping setan pun semakin memperhina dirinya. Dua kehinaan akan ia dapatkan sekaligus dan ditambah lemahnya iman, akhirnya ia mengalami su’ul khotimah.
  • Melecehkan agama dan ahli agama dari kalangan ulama, da’i, dan orang-orang shalih serta ringan tangan dan lidah dalam mencaci dan menyakiti mereka.
  • Lalai terhadap Allah dan selalu merasa aman dari siksa Allah. Allah berfirman yang artinya, “Apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga). Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi” (QS. Al A’raaf [7] : 99)
  • Berbuat zalim. Kezaliman memang ladang kenikmatan namun berakibat menakutkan. Orang-orang yang zalim adalah orang-orang yang paling layak meninggal dalam keadaan su’ul khotimah. Allah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim” (QS. Al An’aam [6] : 44)
  • Berteman dengan orang-orang jahat. Allah berfirman yang artinya, “(Ingatlah) hari ketika orang yang zalim itu menggigit dua tangannya, seraya berkata, “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan yang lurus bersama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku dulu tidak menjadikan si fulan sebagai teman akrabku” (QS. Al Furqaan [25] : 27-28)
  • Bersikap ujub. Sikap ujub pada hakikatnya adalah sikap seseorang yang merasa bangga dengan amal perbuatannya sendiri serta menganggap rendah perbuatan orang lain, bahkan bersikap sombong di hadapan mereka. Ini adalah penyakit yang dikhawatirkan menimpa orang-orang shalih sehingga menggugurkan amal shalih mereka dan menjerumuskan mereka ke dalam su’ul khotimah.
Demikianlah beberapa hal yang bisa menyebabkan su’ul khotimah. Kesemuanya adalah biang dari segala keburukan, bahkan akar dari semua kejahatan. Setiap orang yang berakal hendaknya mewaspadai dan menghindarinya, demi menghindari su’ul khotimah.
Tanda-tanda husnul khotimah
Tanda-tanda husnul khotimah cukup banyak. Di sini kami menyebutkan sebagian di antaranya saja :
  • Mengucapkan kalimat tauhid laa ilaaha illallaah saat meninggal. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang akhir ucapan dari hidupnya adalah laa ilaaha illallaah, pasti masuk surga” (HR. Abu Dawud dll, dihasankan Al Albani dalam Irwa’ul Ghalil)
  • Meninggal pada malam Jum’at atau pada hari Jum’at. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap muslim yang meninggal pada hari atau malam Jum’at pasti akan Allah lindungi dari siksa kubur” (HR.Ahmad)
  • Meninggal dengan dahi berkeringat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang mukmin itu meninggal dengan berkeringat di dahinya” (HR. Ahmad, Tirmidzi dll. dishahihkan Al Albani)
  • Meninggal karena wabah penyakit menular dengan penuh kesabaran dan mengharapkan pahala dari Allah, seperti penyakit kolera, TBC dan lain sebagainya
  • Wanita yang meninggal saat nifas karena melahirkan anak. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang wanita yang meninggal karena melahirkan anaknya berarti mati syahid. Sang anak akan menarik-nariknya dengan riang gembira menuju surga” (HR. Ahmad)
  • Munculnya bau harum semerbak, yakni yang keluar dari tubuh jenazah setelah meninggal dan dapat tercium oleh orang-orang di sekitarnya. Seringkali itu didapatkan pada jasad orang-orang yang mati syahid, terutama syahid fi sabilillah.
  • Mendapatkan pujian yang baik dari masyarakat sekitar setelah meninggalnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati jenazah. Beliau mendengar orang-orang memujinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Pasti (masuk) surga” Beliau kemudian bersabda, “kalian -para sahabat- adalah para saksi Allah di muka bumi ini” (HR. At Tirmidzi)
  • Melihat sesuatu yang menggembirakan saat ruh diangkat. Misalnya, melihat burung-burung putih yang indah atau taman-taman indah dan pemandangan yang menakjubkan, namun tidak seorangpun di sekitarnya yang melihatnya. Kejadian itu dialami sebagian orang-orang shalih. Mereka menggambarkan sendiri apa yang mereka lihat pada saat sakaratul maut tersebut dalam keadaan sangat berbahagia, sedangkan orang-orang di sekitar mereka tampak terkejut dan tercengang saja.
Bagaimana kita menyambut kematian?
Saudara tercinta, sambutlah sang kematian dengan hal-hal berikut :
  • Dengan iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, Hari Akhir, dan takdir baik maupun buruk.
  • Dengan menjaga shalat lima waktu tepat pada waktunya di masjid secara berjama’ah bersama kaum muslim dengan menjaga kekhusyu’an dan merenungi maknanya. Namun, shalat wanita di rumahnya lebih baik daripada di masjid.
  • Dengan mengeluarkan zakat yang diwajibkan sesuai dengan takaran dan cara-cara yang disyari’atkan.
  • Dengan melakukan puasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala.
  • Dengan melakukan haji mabrur, karena pahala haji mabrur pasti surga. Demikian juga umrah di bulan Ramadhan, karena pahalanya sama dengan haji bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  • Dengan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah, yakni setelah melaksanakan yang wajib. Baik itu shalat, zakat, puasa maupun haji. Allah menandaskan dalam sebuah hadits qudsi, “Seorang hamba akan terus mendekatkan diri kepada-Ku melalui ibadah-ibadah sunnah, hingga Aku mencintai-Nya”
  • Dengan segera bertobat secara ikhlas dari segala perbuatan maksiat dan kemungkaran, kemudian menanamkan tekad untuk mengisi waktu dengan banyak memohon ampunan, berdzikir, dan melakukan ketaatan.
  • Dengan ikhlas kepada Allah dan meninggalkan riya dalam segala ibadah, sebagaimana firman Allah yang artinya, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus” (QS. Al Bayyinah [98] : 5)
  • Dengan mencintai Allah dan Rasul-Nya.
  • Hal itu hanya sempurna dengan mengikuti ajaran Nabi, sebagaimana yang Allah firmankan yang artinya, “Katakanlah, ‘Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu’. Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang” (QS. Ali Imran [3] : 31)
  • Dengan mencintai seseorang karena Allah dan membenci seseorang karena Allah, berloyalitas karena Allah dan bermusuhan karena Allah. Konsekuensinya adalah mencintai kaum mukmin meskipun saling berjauhan dan membenci orang kafir meskipun dekat dengan mereka.
  • Dengan rasa takut kepada Allah, dengan mengamalkan ajaran kitab-Nya, dengan ridha terhadap rezeki-Nya meski sedikit, namun bersiap diri menghadapi Hari Kemudian. Itulah hakikat dari takwa.
  • Dengan bersabar menghadapi cobaan, bersyukur kala mendapatkan kenikmatan, selalu mengingat Allah dalam suasana ramai atau dalam kesendirian, serta selalu mengharapkan keutamaan dan karunia dari Allah. Dan lain-lain
(dicuplik dari Misteri Menjelang Ajal, Kisah-Kisah Su’ul Khatimah dan Husnul Khatimah, penerjemah Al Ustadz Abu ‘Umar Basyir hafizhahullah). Semoga sholawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada sanak keluarga beliau dan para sahabat beliau

Derita Bisa Jadi Nikmat

Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
Di antara sempurnanya nikmat Allah pada para hamba-Nya yang beriman, Dia menurunkan pada mereka kesulitan dan derita. Disebabkan derita ini mereka pun mentauhidkan-Nya (hanya berharap kemudahan pada Allah, pen). Mereka pun banyak berdo’a kepada-Nya dengan berbuat ikhlas. Mereka pun tidak berharap kecuali kepada-Nya. Di kala sulit tersebut, hati mereka pun selalu bergantung pada-Nya, tidak beralih pada selain-Nya. Akhirnya mereka bertawakkal dan kembali pada-Nya dan merasakan manisnya iman. Mereka pun merasakan begitu nikmatnya iman dan merasa berharganya terlepas dari syirik (karena mereka tidak memohon pada selain Allah). Inilah sebesar-besarnya nikmat atas mereka. Nikmat ini terasa lebih luar biasa dibandingkan dengan nikmat hilangnya sakit, hilangnya rasa takut, hilangnya kekeringan yang menimpa, atau karena datangnya kemudahan atau hilangnya kesulitan dalam kehidupan. Karena nikmat badan dan nikmat dunia lainnya bisa didapati orang kafir dan bisa pula didapati oleh orang mukmin. (Majmu’ Al Fatawa, Ibnu Taimiyah, Darul Wafa’, 10/333)
***
Begitu sejuk mendengar kata indah dari Ibnu Taimiyah ini. Akibat derita, akibat musibah, akibat kesulitan, kita pun merasa dekat dengan Allah dan ingin kembali pada-Nya. Jadi tidak selamanya derita adalah derita. Derita itu bisa jadi nikmat sebagaimana yang beliau jelaskan. Derita bisa bertambah derita jika seseorang malah mengeluh dan jadikan makhluk sebagai tempat mengeluh derita. Hanya kepada Allah seharusnya kita berharap kemudahan dan lepas dari berbagai kesulitan.
Nikmat ketika kita kembali kepada Allah dan bertawakkal pada-Nya serta banyak memohon pada-Nya, ini terasa lebih nikmat dari hilangnya derita dunia yang ada. Karena kembali pada Allah dan tawakkal pada-Nya hanyalah nikmat yang dimiliki insan yang beriman dan tidak didapati para orang yang kafir. Sedangkan nikmat hilangnya sakit dan derita lainnya, itu bisa kita dapati pada orang kafir dan orang beriman.
Ingatlah baik-baik nasehat indah ini. Semoga kita bisa terus bersabar dan bersabar. Sabar itu tidak ada batasnya. Karena Allah Ta’ala janjikan,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah tanpa hisab (tak terhingga).” (QS. Az Zumar: 10). Al Auza’i mengatakan bahwa  ganjarannya tidak bisa ditakar dan ditimbang. Ibnu Juraij mengatakan bahwa pahala bagi orang yang bersabar tidak bisa dihitung sama sekali, akan tetapi ia akan diberi tambahan dari itu. Maksudnya, pahala mereka tak terhingga. Sedangkan As Sudi mengatakan bahwa balasan bagi orang yang bersabar adalah surga.[1]
Semoga yang singkat ini bermanfaat. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.

Bahaya Sambung Rambut Bagi Kecantikan

Menyambung rambut atau hair extensions sering menjadi pilihan para wanita untuk mengubah penampilan. Tak sabar menunggu pertumbuhan rambutnya, mereka memilih cara yang instan.Menurut penelitian terbaru, ternyata menyambung rambut punya risiko terhadap kesehatan yang tidak rendah. Berikut beberapa di antaranya seperti yang dikutip dari Genius Beauty.Seorang ahli kesehatan rambut Steve O’Bryan, dari Institute of Trichologists, mengungkapkan beberapa kerugian saat seseorang memutuskan menyambung rambutnya.

Steve mengatakan, saat rambut asli disambung dengan rambut lain, maka folikel rambut (bagian kulit kepala yang memproduksi rambut) akan menipis dan mengalami stres. Keadaan tadi akan menimbulkan radang pada lapisan terluar rambut. Akibatnya, rambut menjadi rapuh dan mudah patah.Risiko yang lain, beban yang ditumpu akar rambut dengan sambungan yang digunakan semakin besar. Hal itu akan membuatnya menjadi lemah, sehingga rambut mudah rontok.

Dan risiko kesehatannya belum berhenti sampai di situ. Pemakaian lem atau perekat untuk menyambung rambut juga memiliki efek yang buruk. Kandungan di dalamnya dapat merusak kesehatan alami rambut. Sehingga saat sambungan rambut dilepas, tampilan rambut asli pun lebih buruk dari sebelumnya.

Kumpulan surat dan hadist pernikahan

quranAssalamualaikum wr. wb.,
Perlu dicermati, ditulisan ini saya tidak menuliskan penjelasan-penjelasan dari Surat atau Hadist yang tercantum dibawah. Jadi barang siapa yang masih mempunyai unek-unek, silahkan dipertanyakan dan jangan disimpan. Sesungguhnya masih banyak surat dan hadist lain, tapi maaf saya hanya mampu mengumpulkan sebanyak ini. Khusus untuk hadist, saya belum men-check kembali perawi dan muatan hadist. Silahkan ingatkan saya jika ada hadist yang lemah.
Dasar Pemikiran Pernikahan
Dari Al Quran dan Al Hadits :
  1. “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan mengkayakan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui.” (QS. An Nuur (24) : 32).
  2. “Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Adz Dzariyaat (51) : 49).
  3. ¨Maha Suci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui¡¨ (Qs. Yaa Siin (36) : 36).
  4. Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian sendiri, kemudian dari istri-istri kalian itu Dia ciptakan bagi kalian anak cucu keturunan, dan kepada kalian Dia berikan rezeki yang baik-baik (Qs. An Nahl (16) : 72).
  5. Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (Qs. Ar. Ruum (30) : 21).
  6. Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi pelindung (penolong) bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasulnya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah ; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Qs. At Taubah (9) : 71).
  7. Wahai manusia, bertaqwalah kamu sekalian kepada Tuhanmu yang telah menjadikan kamu satu diri, lalu Ia jadikan daripadanya jodohnya, kemudian Dia kembangbiakkan menjadi laki-laki dan perempuan yang banyak sekali. (Qs. An Nisaa (4) : 1).
  8. Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula (begitu pula sebaliknya). Bagi mereka ampunan dan reski yang melimpah (yaitu : Surga) (Qs. An Nuur (24) : 26).
  9. ..Maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja..(Qs. An Nisaa’ (4) : 3).
  10. Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukminah apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sesungguhnya dia telah berbuat kesesatan yang nyata. (Qs. Al Ahzaab (33) : 36).
  11. Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (An-Nuur:32)
  12. Janganlah kalian mendekati zina, karena zina itu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk” (Al-Isra 32)
  13. Dialah yang menciptakan kalian dari satu orang, kemudian darinya Dia menciptakan istrinya, agar menjadi cocok dan tenteram kepadanya” (Al-A’raf 189)
  14. Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)” (An-Nur 26)
  1. Anjuran-anjuran Rasulullah untuk Menikah : Rasulullah SAW bersabda: “Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka, bukan golonganku !”(HR. Ibnu Majah, dari Aisyah r.a.).
  2. Empat macam diantara sunnah-sunnah para Rasul yaitu : berkasih sayang, memakai wewangian, bersiwak dan menikah (HR. Tirmidzi).
  3. Dari Aisyah, “Nikahilah olehmu kaum wanita itu, maka sesungguhnya mereka akan mendatangkan harta (rezeki) bagi kamu¡¨ (HR. Hakim dan Abu Dawud).
  4. Sabda Rasulullah SAW: “Barangsiapa diberi Allah seorang istri yang sholihah, sesungguhnya telah ditolong separoh agamanya. Dan hendaklah bertaqwa kepada Allah separoh lainnya.” (HR. Baihaqi).
  5. Dari Amr Ibnu As, Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasannya ialah wanita shalihat.(HR. Muslim, Ibnu Majah dan An Nasai).
  6. Dunia ini dijadikan Allah penuh perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan hidup adalah istri yang sholihah” (HR. Muslim)
  7. “Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah : a. Orang yang berjihad / berperang di jalan Allah. b. Budak yang menebus dirinya dari tuannya. c. Pemuda / i yang menikah karena mau menjauhkan dirinya dari yang haram.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim)
  8. “Wahai generasi muda ! Bila diantaramu sudah mampu menikah hendaklah ia nikah, karena mata akan lebih terjaga, kemaluan akan lebih terpelihara.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud).
  9. Kawinlah dengan wanita yang mencintaimu dan yang mampu beranak. Sesungguhnya aku akan membanggakan kamu sebagai umat yang terbanyak (HR. Abu Dawud).
  10. Saling menikahlah kamu, saling membuat keturunanlah kamu, dan perbanyaklah (keturunan). Sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya jumlahmu di tengah umat yang lain (HR. Abdurrazak dan Baihaqi).
  11. Shalat 2 rakaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik, daripada 70 rakaat yang diamalkan oleh jejaka (atau perawan) (HR. Ibnu Ady dalam kitab Al Kamil dari Abu Hurairah).
  12. Rasulullah SAW. bersabda : “Seburuk-buruk kalian, adalah yang tidak menikah, dan sehina-hina mayat kalian, adalah yang tidak menikah” (HR. Bukhari).
  13. Diantara kamu semua yang paling buruk adalah yang hidup membujang, dan kematian kamu semua yang paling hina adalah kematian orang yang memilih hidup membujang (HR. Abu Ya¡¦la dan Thabrani).
  14. Dari Anas, Rasulullah SAW. pernah bersabda : Barang siapa mau bertemu dengan Allah dalam keadaan bersih lagi suci, maka kawinkanlah dengan perempuan terhormat. (HR. Ibnu Majah,dhaif).
  15. Rasulullah SAW bersabda : Kawinkanlah orang-orang yang masih sendirian diantaramu. Sesungguhnya, Allah akan memperbaiki akhlak, meluaskan rezeki, dan menambah keluhuran mereka (Al Hadits).
  16. “Sungguh kepala salah seorang diantara kamu ditusuk dengan jarum dari besi lebih baik, daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya” (HR. Thabrani dan Baihaqi)
  17. Sesungguhnya, apabila seorang suami memandang isterinya (dengan kasih & sayang) dan isterinya juga memandang suaminya (dengan kasih & sayang), maka Allah akan memandang keduanya dengan pandangan kasih & sayang. Dan apabila seorang suami memegangi jemari isterinya (dengan kasih & sayang) maka berjatuhanlah dosa-dosa dari segala jemari keduanya” (HR. Abu Sa’id)
  18. Shalat 2 rakaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik, daripada 70 rakaat yang diamalkan oleh jejaka (atau perawan)” (HR. Ibnu Ady dalam kitab Al Kamil dari Abu Hurairah)
  19. Empat macam diantara sunnah-sunnah para Rasul yaitu : berkasih sayang, memakai wewangian, bersiwak dan menikah” (HR. Tirmidzi)
  20. Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah mampu untuk kawin, maka hendaklah dia menikah. Karena dengan menikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barang siapa yang belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu bisa menjadi perisai baginya” (HR. Bukhori-Muslim)
  21. Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat, sebab syaithan menemaninya. Janganlah salah seorang di antara kita berkhalwat, kecuali wanita itu disertai mahramnya” (HR. Imam Bukhari dan Iman Muslim dari Abdullah Ibnu Abbas ra).
  22. Jika datang (melamar) kepadamu orang yang engkau senangi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia (dengan putrimu). Jika kamu tidak menerima (lamaran)-nya niscaya terjadi malapetaka di bumi dan kerusakan yang luas” (H.R. At-Turmidzi)
  23. Kawinlah dengan wanita yang mencintaimu dan yang mampu beranak. Sesungguhnya aku akan membanggakan kamu sebagai umat yang terbanyak” (HR. Abu Dawud)
  24. Saling menikahlah kamu, saling membuat keturunanlah kamu, dan perbanyaklah (keturunan). Sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya jumlahmu di tengah umat yang lain” (HR. Abdurrazak dan Baihaqi)
  25. Barangsiapa yang menikahkan (putrinya) karena silau akan kekayaan lelaki meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu dibarakahi-Nya, Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, Allah akan menambahkan kehinaan kepadanya, Siapa yang menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan, Siapa yang menikahi wanita karena bagus nasabnya, Allah akan menambahkan kerendahan padanya, Namun siapa yang menikah hanya karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin mempererat kasih sayang, Allah senantiasa memberi barakah dan menambah kebarakahan itu padanya” (HR. Thabrani)
  26. Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, mungkin saja kecantikan itu membuatmu hina. Jangan kamu menikahi wanita karena harta / tahtanya mungkin saja harta / tahtanya membuatmu melampaui batas. Akan tetapi nikahilah wanita karena agamanya. Sebab, seorang budak wanita yang shaleh, meskipun buruk wajahnya adalah lebih utama” (HR. Ibnu Majah)
  27. Dari Jabir r.a., Sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda : Sesungguhnya perempuan itu dinikahi orang karena agamanya, kedudukan, hartanya, dan kecantikannya ; maka pilihlah yang beragama” (HR. Muslim dan Tirmidzi)
Subhanallah, telah jelas dan cukup referensi perintah menikah. Jadi tentukan keputusan anda.
Wassalam,

Hadits Tentang Menuntut Ilmu


Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Qur’an Al mujadalah 11)
Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah). (HR. Ibnu Majah)
Seseorang yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu niscaya Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Syurga (Shahih Al jami)
Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke syorga. (HR. Muslim).
“Barangsiapa melalui suatu jalan untuk mencari suatu pengetahuan (agama), Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”(Bukhari)
Siapa yang keluar untuk menuntut ilmu maka dia berada di jalan Alloh sampai dia kembali (Shahih Tirmidzi)
Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu. (HR. Ath-Thabrani)
Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Qur’an dan yang mengajarkannya (HR bukhari )
Kelebihan seorang alim (ilmuwan) terhadap seorang ‘abid (ahli ibadah) ibarat bulan purnama terhadap seluruh bintang. (HR. Abu Dawud )
Siapa yang Alloh kehendaki menjadi baik maka Alloh akan memberikannya pemahaman terhadap Agama (Sahih Ibnu Majah)
Duduk bersama para ulama adalah ibadah. (HR. Ad-Dailami)
Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada hasad (iri) yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan harta, ia menghabiskannya dalam kebaikan dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain. (Shahih Muslim No.1352)
Abdullah bin Mas’ud berkata, “Nabi saw bersabda, Tidak boleh iri hati kecuali pada dua hal, yaitu seorang laki-laki yang diberi harta oleh Allah lalu harta itu dikuasakan penggunaannya dalam kebenaran, dan seorang laki-laki diberi hikmah oleh Allah di mana ia memutuskan perkara dan mengajar dengannya.(Bukhari)
Termasuk mengagungkan Allah ialah menghormati (memuliakan) ilmu, para ulama, orang tua yang muslim dan para pengemban Al Qur’an dan ahlinya, serta penguasa yang adil. (HR. Abu Dawud dan Aththusi)
Siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah maka baginya satu kebaikan dan setiap kebaikan aka dilipat gandakan sepuluh, saya tidak mengatakan ,”Alif,lam,mim” satu huruf , tetapi alif satu huruf , lam satu huruf , dan mim satu huruf,(HR Bukhori)
Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya neraka … neraka. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Hadis riwayat Abu Musa ra.: Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: Perumpamaan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung dalam mengutusku untuk menyampaikan petunjuk dan ilmu adalah seperti hujan yang membasahi bumi. Sebagian tanah bumi tersebut ada yang subur sehingga dapat menyerap air serta menumbuhkan rerumputan dan sebagian lagi berupa tanah-tanah tandus yang tidak dapat menyerap air lalu Allah memberikan manfaatnya kepada manusia sehingga mereka dapat meminum darinya, memberi minum dan menggembalakan ternaknya di tempat itu. Yang lain menimpa tanah datar yang gundul yang tidak dapat menyerap air dan menumbuhkan rumput. Itulah perumpamaan orang yang mendalami ilmu agama Allah dan memanfaatkannya sesuai ajaran yang Allah utus kepadaku di mana dia tahu dan mau mengajarkannya. Dan juga perumpamaan orang yang keras kepala yang tidak mau menerima petunjuk Allah yang karenanya aku diutus. (Shahih Muslim No.4232)
Abu Musa mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, “Perumpamaan apa yang diutuskan Allah kepadaku yakni petunjuk dan ilmu adalah seperti hujan lebat yang mengenai tanah. Dari tanah itu ada yang gembur yang dapat menerima air (dan dalam riwayat yang mu’allaq disebutkan bahwa di antaranya ada bagian yang dapat menerima air), lalu tumbuhlah rerumputan yang banyak. Daripadanya ada yang keras dapat menahan air dan dengannya Allah memberi kemanfaatan kepada manusia lalu mereka minum, menyiram, dan bertani. Air hujan itu mengenai kelompok lain yaitu tanah licin, tidak dapat menahan air dan tidak dapat menumbuhkan rumput. Demikian itu perumpamaan orang yang pandai tentang agama Allah dan apa yang diutuskan kepadaku bermanfaat baginya. Ia pandai dan mengajar. Juga perumpamaan orang yang tidak menghiraukan hal itu, dan ia tidak mau menerima petunjuk Allah yang saya diutus dengannya.” (Bukhari)
Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu dirahasiakannya maka dia akan datang pada hari kiamat dengan kendali (di mulutnya) dari api neraka. (HR. Abu Dawud)
Orang yang paling pedih siksaannya pada hari kiamat ialah seorang alim yang Allah menjadikan ilmunya tidak bermanfaat. (HR. Al-Baihaqi)
Apabila kamu melihat seorang ulama bergaul erat dengan penguasa maka ketahuilah bahwa dia adalah pencuri. (HR. Ad-Dailami)
Sesungguhnya Allah tidak menahan ilmu dari manusia dengan cara merenggut tetapi dengan mewafatkan para ulama sehingga tidak lagi tersisa seorang alim. Dengan demikian orang-orang mengangkat pemimpin-pemimpin yang dungu lalu ditanya dan dia memberi fatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan. (Mutafaq’alaih)
Saling berlakulah jujur dalam ilmu dan jangan saling merahasiakannya. Sesungguhnya berkhianat dalam ilmu pengetahuan lebih berat hukumannya daripada berkhianat dalam harta. (HR. Abu Na’im)
Sedikit ilmu lebih baik dari banyak ibadah. Cukup bagi seorang pengetahuan fiqihnya jika dia mampu beribadah kepada Allah (dengan baik) dan cukup bodoh bila seorang merasa bangga (ujub) dengan pendapatnya sendiri. (HR. Ath-Thabrani)
“Tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina”
* Telah berkata al-Baihaqy di kitabnya al-Madkhal (hal. 242) dan di kitabnya Syu’abul Iman (4/291 dan ini lafadznya), “Hadits ini matannya masyhur sedangkan isnadnya dla’if. Dan telah diriwayatkan dari beberapa jalan (sanad) yang semuanya dla’if.”
Wallahu a’lam.